Sabtu, 13 Desember 2008

Perburuan Air di Planet Mars

Phoenix Lander, sebuah pesawat robot dalam sebuah misi eksplorasi ruang angkasa di planet Mars dibawah Program Scout Mars, telah memulai misi pencarian air di planet Mars sejak akhir Mei 2008. Meskipun dengan upaya terbaik yang telah dilakukan oleh para ilmuwan NASA, robot bertenaga surya ini belum menemukan apa-apa melainkan es. Robot ini telah mengkonfirmasikan ke para ilmuwan NASA bahwa zat berwarna putih yang ditemukan saat menggali sebuah parit pada tanggal 15 juni adalah es cair. Berikut tanya jawab seputar perkembangan yang telah dicapai oleh misi Phoenix Lander sejauh ini dalam perburuan air di planet merah.

Apakah bisa dipastikan bahwa ada air di planet Mars?

Keberadaan air di planet Mars tidak diragukan. Phoenix telah menemukan es cair pada bulan Juli, tepat hanya lima sentimeter ke bawah permukaan, dan uap air telah dideteksi di lingkungan atmosfir planet Mars. Yang belum ditemukan sampai saat ini adalah air sesungguhnya, yang penting untuk proses transfer dan fungsi protein dalam sel-sel, sehingga jika air sejati ini telah ditemukan maka kehidupan di planet Mars akan segera terwujud. David Catling, seorang anggota tim sains untuk misi Phoenix ini yang berkedudukan di Universitas Bristol, mengatakan dia yakin bahwa air yang dicari-cari tersebut benar-benar ada. "Jika kita menggali lebih jauh ke bawah permukaan − seperti halnya di planet bumi jika kita menggali ke bawah sampai mendapatkan terowongan mineral − maka suhu akan menjadi panas. Dan begitu juga di planet Mars, jika kita terus ke bawah permukaan pada akhirnya kita akan menemukan temperatur dimana keberadaan air sejati sangat mungkin, tanpa memperhitungkan suhu pada permukaan."

Bagaimana dengan air permukaan? Bukankah telah ditemukan oleh pesawat pengorbit?

Sebenarnya belum. Pesawat Surveyor Global NASA, yang diluncurkan pada tahun 1996, menemukan sesuatu yang terlihat seperti tanah beku dan selokan-selokan purbakala, serta tanda-tanda aliran air yang belum lama berselang. Tetapi bahkan jika ada air sejati, Phoenix mungkin mendarat di tempat yang tidak tepat sehingga tidak menemukannya. Robot ini sekarang sedang menjelajahi bagian planet Mars yang sama dengan Lingkar Arktik di bumi, dimana Cattling mengatakan tidak mungkin menemukan genangan air di sana. Akan tetapi, seharusnya mungkin untuk menemukan lapisan-lapisan air tidak membeku yang sangat tipis, yang menempel pada butiran-butiran tanah. "Tetapi ini tidak berarti bahwa air-air tersebut bisa diserap oleh sel," kata Jorge Vago, anggota proyek misi eksplorasi European Space Agency's ExoMars.

Lalu apa yang sudah ditemukan dari misi Phoenix ini?

"Sebelum Phoenix, kita sudah tahu ada air di planet Mars, tetapi kita tidak mengetahui seberapa dalam air tersebut terdapat di bawah permukaan," kata Catling. "Jadi karena kita telah menemukan es tepat di bawah permukaan (hanya 5 cm ke bawah), maka kita bisa pastikan bahwa jika manusia akan pergi ke planet Mars, mereka bisa mendapatkan es cair tanpa harus menggali sangat jauh ke bawah permukaan." Laboratorium kimia basah yang sudah terpadu dengan robot Phoenix, yang mencampurkan tanah planet Mars dengan air Bumi untuk menganalisis komponen-komponen terlarut, juga telah menemukan bahwa tanah tersebut mengandung garam-garam yang larut menghasilkan ion-ion natrium, magnesium, klorida, kalsium dan perklorat. Karena air asin bisa tetap cair di bawah suhu nol, maka para ilmuwan berpendapat mereka mampu menemukan lapisan-lapisan bergaram bahkan pada kondisi-kondisi planet Mars yang kurang bersahabat.

Jadi apakah ada peluang bahwa kita masih bisa menemukan air sesungguhnya?

Salah satu masalah utama yang dihadapi Phoenix sekarang ini adalah bahwa musim panas di planet Mars sudah mendekati berakhir, berarti jumlah sinar matahari untuk bahan bakar robot ini akan semakin berkurang. Tetapi dengan membenamkan kuar (probe) konduktivitasnya lebih jauh ke dalam tanah, atau di tempat lain di permukaan, para ilmuwan masih bisa mendeteksi air − pembacaan sinyal akan menunjukkan konduktivitas listrik yang tinggi. Phoenix juga membawa delapan oven kecil − masing-masing hanya berjarak beberapa milimeter − empat diantaranya harus diisi dengan tanah. Jika air terdapat pada salah satu dari empat sampel akhirnya, maka air itu akan tertinggal sebagai uap. Dan, menurut Vago, masih ada kemungkinan bahwa NASA akan membawa pulang data-data penting. "Ketika para ilmuwan menemukan sesuatu yang mereka anggap menarik, mereka menyukai untuk menelitinya sampai ribuan kali, sehingga anda tidak akan pernah tahu," kata dia.

Akankah Phoenix menemukan air sebelum musim dingin Mars tiba?.

Rabu, 05 November 2008

Sejarah Nama Planet

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat tabel nama planet di bawah). Pada abad ke-6 SM, bangsa Yunani memberi nama Stilbon (cemerlang) untuk Planet Merkurius, Pyoroeis (berapi) untuk Mars, Phaethon (berkilau) untuk Jupiter, Phainon (Bersinar) untuk Saturnus. Khusus planet Venus memiliki dua nama yaitu Hesperos (bintang sore) dan Phosphoros (pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu planet Venus yang muncul di pagi dan di sore hari dianggap sebagai dua objek yang berbeda.

Pada abad ke-4 SM, Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitologi untuk planet-planet ini. Hermes menjadi nama untuk Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk Jupiter, Kronos untuk Saturnus dan Aphrodite untuk Venus.

Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan Romawi menjadi lebih berjaya dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa mereka. Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani mempunyai padanan dalam mitologi Romawi sehingga planet-planet tersebut dinamai dengan nama yang kita kenal sekarang.

Hingga masa sekarang, tradisi penamaan planet menggunakan nama dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun demikian ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang merupakan nama dewa Yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah dari |Kronos (Saturnus). Mitologi Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus. Planet ke-8 diberi nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi Romawi.


New PlaNet!!


TIM astronom dari berbagai negara mengumumkan temuan 28 planet di luar sistem tat surya. Ini temuan terbesar sejak exoplanet pertama (yaitu planet di luar tata surya) ditemukan 12 tahun lalu. Dengan adanya temuan terbaru itu, berarti jumlah planet yang berhasil diketahui sudah mencapai total 236 buah yang mengelilingi bintang lain, ujar astronom Jason Wright dari University of California. Di antara temuan itu adalah empat sistem banyak planet. Dari bintang-bintang yang memiliki banyak planet, hampir sepertiganya memiliki lebih dari satu planet. Temuan terbaru ini juga menunjukkan frekuensi sistem planet yang lebih besar dibanding perkiraan orang selama ini, ujar Alan Boss dari Carnegie Institute di Washington. Bahkan lebih mengejutkan lagi adalah "setiap bintang yang kita lihat memiliki sebuah planet," tambah Boss. Ini termasuk pulsar yaitu benda aneh yang memancarkan energi pada interval teratur. Kebanyakan riset baru difokuskan pada benda kerdil warna merah, yaitu bintang yang berukuran lebih kecil dan pancaran cahaya yang lebih redup daripada matahari tetapi membakar energi pada rata-rata miliaran tahun. Ini memungkinkan kehidupan apa yang disebut zona habitat untuk tumbuh subur dalam waktu yang lebih lama. Sejauh ini, hanya satu planet yang ditemukan mengorbit bintang kerdil di sebuah zona dimana kehidupan mungkin saja terjadi. Sekitar enam kali lebih besar dibanding bumi, planet ini mengelilingi bintang Gliese 581. Eksistensinya telah diumumkan sebulan lalu oleh kelompok pemburu planet dari Eropa. Planet ini mengorbit begitu dekat dengan bintang seakan-akan melekat. Ini berarti planet ini hanya memiliki satu sisi yang menghadap ke bintang, cara serupa seperti yang dilakukan bulan dengan satu sisi menghadap ke bumi. Pada planet itu, suhu pada sisi yang terang terlalu tinggi untuk suatu kehidupan. Namun demikian, pada sisi yang gelap, suhunya mencapai antara 10 hingga 36 derajat Celsius. Tim juga menyamakan kondisi itu dengan temuan eksoplanet lain yang seperti Neptunus. Planet ini mengorbit mengelilingi bintang kerdil merah yang disebut Gliese 436, sekitar 30 tahun cahaya dari bumi. Sekalipun kebanyakan para pemburu planet lebih berfokus pada bintang- bintang lebih kecil, bintang raksasa yang berusia tua mungkin mempunyai planet yang lebih banyak dibandingkan bintang kecil. Lima dari 28 planet baru ini mengelilingi bintang-bintang 'A' yang sudah pensiun," ujarnya. Sementara itu planet-planet yang mengelilingi bintang-bintang yang lebih besar tampaknya berada dalam posisi yang lebih jauh dibandingkan planet yang mengelilingi bintang kecil. Tingkat deteksi eksoplanet semakin meningkat sejak temuan sejumlah teleskop baru dan teknik pengamatan.

Minggu, 02 November 2008

Saturnus..

Saturnus adalah sebuah planet yang terletak di tata surya dimana planet ini terkenal sebagai planet bercincin. Jarak Saturnus sangat jauh dari Matahari. Karena itulah, Saturnus tampak tidak terlalu cerah dari Bumi. Saturnus berevolusi dalam waktu 29,46 tahun. Setiap 378 hari, Bumi, Saturnus, dan Matahari akan berada dalam satu garis lurus. Selain berevolusi, Saturnus juga berotasi dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 10 jam 14 menit.

Saturnus memiliki kerapatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya berupa gas dan cairan. Inti Saturnus diperkirakan terdiri dari batuan padat. Atmosfer Saturnus tersusun atas gas amonia dan metana. Hal ini tentu tidak memungkinkan adanya kehidupan di Saturnus.

Cincin Saturnus sangat unik. Terdapat beribu-ribu cincin yang mengelilingi planet ini. Bahan pembentuk cincin ini masih belum diketahui. Para ilmuwan berpendapat, cincin itu tidak mungkin terbuat dari lempengan padat karena akan hancur oleh gaya sentrifugal. Namun, tidak mungkin juga terbuat dari zat cair karena gaya sentrifugal akan mengakibatkan timbulnya gelombang. Jadi, sejauh ini, diperkirakan yang paling mungkin membentuk cincin-cincin itu adalah bongkahan-bongkahan es meteorit.

Hingga 2006, Saturnus diketahui memiliki 56 buah satelit alami. Tujuh diantaranya cukup masif untuk dapat runtuh berbentuk bola di bawah gaya gravitasinya sendiri. Mereka adalah Mimas, Enceladus, Tethys, Dione, Rhea, Titan (Satelit terbesar dengan ukuran lebih besar dari planet Merkurius), dan Iapetus.